Rindu Jadi Ibu Rumah Tangga yang Bertugas Mengurus Keluarga Saja

Dulu, tujuan menikah untuk ibadah dan bebas dari kehendak orang tua yang mau anaknya begini begitu serta bebas menjalankan hobi. Dan ini pun diwujudkan oleh suami. Begitu menikah, suami membebaskanku melakukan apa saja selama menurutnya positif dan tidak membuatku lupa akan kewajibanku sebagai istri. Bahagia banget rasanya. Setelah bertahun-tahun harus melakukan ini itu bukan karena kehendak diri sendiri, akhirnya saat menikah, aku bisa melakukan hal yang aku suka. 

Namun, kebahagiaan ini tidak berlangsung lama. Seingatku rumah tangga yang baru kubina hanya setahun merasakan ekonomi berada di kelas menengah ke atas. Lalu Allah membalikkan roda kehidupanku dan suami di titik yang rendah. Ya, suamiku kehilangan pekerjaannya. Dan ini membuatku kembali menyingkirkan hal-hal yang ku suka berganti dengan membantu suami mencari uang demi dapur keluarga tetap mengepul.

Jujur, kalau boleh memilih, rasanya aku ingin kembali menjadi ibu rumah tangga yang hanya mengurus keluarga saja tanpa ikut serta mencari nafkah. Karena mengurus rumah tangga saja rasanya sudah melelahkan. Meskipun begitu, aku masih punya waktu untuk diri sendiri. Sedangkan kalau aku menjadi ibu rumah tangga sekaligus ibu bekerja, rasanya, sudah tidak ada waktu untuk diri sendiri. Saat bekerja, maka fokus perhatian tentu saja pada pekerjaan. Kemudian saat menjadi ibu rumah tangga, maka fokus perhatian pun tertuju pada anak-anak, suami, dan kondisi rumah. Lalu kapan memiliki waktu untuk diri sendiri? 

Bisa, kalau dipaksakan sebenarnya masih bisa melakukan me time. Namun harus mengorbankan waktu istirahat. Tak masalah soal ini, saat masih berusia dua puluhan. Ini baru jadi masalah saat masuk di usia tiga puluhan. Mau bagaimanapun, kondisi manusia, semakin bertambah usia maka semakin menurun kinerja anggota tubuh. Walhasil jadi sering sakit. Jiwa bahagia karena bisa me time, namun raga babak belur karena kurang istirahat. 

Sungguh, sungguh aku rindu dengan masa dimana aku hanya jadi ibu rumah tangga yang mengurus rumah dan keluarga. Aku bisa mengurus rumah dengan baik, juga membersamai anakku dengan memberikan aneka macam stimulasi. Setelah itu, baru deh aku me time, menikmati waktu sendiri. Tak ada tugas, atau list pekerjaan yang harus aku kerjakan di pikiranku. Tak ada suara-suara yang berbisik di pikiran yang menyarankan agar aku bekerja saja dan mengabaikan hasrat ingin me time daripada dapur tidak mengepul, 

Lelah sungguh lelah. Rasanya ditekan di segala penjuru. Woy urus rumah woy, woy anak-anak noh kurang stimulasi, woy kerja woy kerja. 

Hhhhhhhhhhhhhhhhhhh....

Mau nyerah, tapi nggak bisa, anak-anakku gimana? Mereka amanahnya Allah. Kalau aku luput, maka aku bertanggung jawab langsung sama Allah. 

Lalu gimana? 

Ya sudah, mau gimana lagi, jalani saja skenarionya Allah meskipun rasanya sudah habis tenaga. 

Hasbunallah wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa ni'man natsir. 

 ***

Baca juga: Enak ya jadi suami

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Enak Banget Jadi Suami